Kamis, 31 Maret 2011

jadwal kuliah

jadwal mata kuliah semester v1
pendidikan kimia eks'08
hari mata kuliah waktu ruangan dosen
senin p3 kim
profesi pendidikan
09.40-11.20
13.50-16-20
12.18
12.17
gulmah sugiarti
eva beti
selasa kapita selekta
telaah kurikulum
bahasa indonesi
08.00-90.40
11.20-13.00
14.30-16.00
12.19
12.17
12.18
tita juwitaningsih
simson tarigan
tangson
rabu seminar pendidikan
psikologi pendidikan
13.00-14.40
16.00-17.40
19.25
05.03
ratu E debianti
nur
kamis agama
10.30-12.1012.16
nurhayati

Sabtu, 26 Maret 2011

jalan2

jalan-jalan

no picture no picture
no picture no picture
no picture no picture

HOLIDAY SIPONOT

Jumat, 11 Maret 2011

biodata anak chemistry'08

anak chemistry'08

lia

arief suprapto

juwairiah

yessica rizki

harmadani asqorina

winda siska sari dewi

dian pratiwi

wahyuni maysarah

jihan asri

devi anjriani

salamah polem

doly fadly

fenisah br sitepu

masita angraini

merriati

nurwinda

esti dwitriana

wenny manik

pretty

ruth sabrina

maymunah
n0 picture
n0 picture n0 picture
n0 picture n0 picture
n0 picture n0 picture

Kamis, 10 Maret 2011

karakteristik peserta didik

BAB IV
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Karakteristik adalah cirri-ciri perseorangan yang bersumber dari latar belakang pengalaman yang dimiliki peserta didik termasuk aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, cirri fisik serta emosional yang berpengharuh terhadap keefektifan pembelajaran.
A. Perbedaan individu
a. Iteligensi
Inteligensi berasal dari bahasa latin yaitu “ inteligensia “. Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.
1. Super dan Cites mengemukakan” Intelegence has frequently been difined as the ability to adjust to the environment or to learning from experience” (Super & Cites, 1962: 83) Intelegnsi sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dati pengalaman. Dimana manusia hidup dan berinteraksi didalam lingkungannya yang kompleks untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Garrett (1946: 372) mengemukakan “ Intelegence includes at least the abilities demanded in the solution of problems which requer the comprehension and use of symbols” (intelegensi itu setidak-tidaknya mencakup kemampuan kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta mengunakan symbol-simbol. Karena manusia hidup senantiasa menghadapi permasalahan, setiap permasalahan harus dipecahkan agar manusia manusia memperoleh keseimbangan (homeostasis) dalam hidup.
3. Bischor, 1954 mengemukakan “ Intelegence is the ability to solve problems of all kinds” Intelegensi ialah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah. Defenisi intelegensi yang dikemukakan bischor ini memuat perbedaan dengan defenisi menurut gareet yaitu intelegensi dalam asti khusus sementara bischor dalam artian yang lebih luwes namun bersifat operasional dan fungsional bagi kehidupan manusia.
4. Haidentich 1970 mengemukakan” intelegence refers to ability to learn and to utilize what has been learned in adjusting to unfamiliar situation, or in the solving of problems” Intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah-masalah. Dimana manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru serta permasalahan hal ini memerlukan kemampuan individu untuk belajar menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.
5. Alfred binet dan Theodore simon (1857-1911) mengemukakan bahwa inteligensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksana dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.
Dari berbagai defenisi tentang inteligensi dapat diambil suatu pemahaman, bahwa inteligensi adalah kemampuan menunjukan pikiran dengan jernih, pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan mengambil keputusan dengan tepat, kemampuan menyelesaikan masalah secara optimal.
Teori-teori inteligensi dikelompokan menjadi :
a. Teori factor tunggal yang artinya inteligensi bersifat monogenetic yaitu berkembang dari satu factor umum (general) . (Alfred binet).
b. Teori factor ganda yaitu inteligensi terdiri atas bebrbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan
c. Teori dua factor yaitu inteligensi mengandung dua komponen kualitatif yang penting, yaitu eduksi relasi dan eduksi korelasi.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga mengakibatkan adanya perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lainnya yaitu :
1. Pembawaan : pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri-ciri yang dinbawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat dan tidaknya memecahkan suatu soal atau masalah, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada pula yang bodoh, meskipun sama-sama menerima latihan dan pelajaran yang sama, tetapi perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
2. Kematangan : Setiap organ di dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, setiap organ ( fisik maupun psikis ) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masingmasing.
3. Pembentukan : yaitu segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
4. Minat dan pembawaan yang khas, minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
Tinggi rendahnya tingkat inteligensi dinyatakan dengan memperterjemahkan hasil tes inteligensi kedalam angka. Angka normative tes inteligensi dinamai dengan inteligensi quotient(IQ).





KLASIFIKASI IQ
Klasifikasi Skala Weschler

IQ Klasifikasi
>128 Sangat superior
120-127 Superior
111-119 Rata-rata tinggi
91-110 Rata-rata normal
80-90 Rata-rata rendah
66-79 Batas lemah
<65 Lemah mental

Klasifikasi Skala Stanford-Binet
IQ Klasifikasi
140-169 Sangat superior
120-139 Superior
110-119 Rata-rata tinggi
90-109 Rata-rata normal
80-89 Rata-rata rendah
70-79 Batas lemah
<69 Lemah mental

Beberapa cirri yang dimiliki oleh individu yang sangat tinggi atau superior berdasarkan penelitian wolf & steven 1982 yaitu :
1. Cepat belajar
2. Berminat membaca biografi
3. Punya kecendrungan ilmiah
4. Telah dapat membaca sebelum masuk sekolah
5. Suka belajar
6. Punya penalaran abstrak yang baik
7. Mampu berbicara dengan baik
8. Tulisan tangannya jelek
9. Tungal
10. Sulung
11. Lahir dari pasangan suami istri yang agak tua
12. Penyesuaiannya baik
13. Sehat jasmani
14. Punya skor tinggi dalam berbagai prestasi
15. Imajinasi baik
16. Tingkat energi tinggi
Karakteristik Gifted
Anak handicapped yang berbakat merupakan manifestasi dari berbagai karakteristik; beberapa.karakteristik positif, dan beberapa karakteristik negatif. Lebih lanjut, pada beberapa kasus, kualitas positif dapat diinterpretasikan secara negatif oleh orang dewasa yang bekerja dengan anak tersebut (Friedrichs, 1990 dalam Yewchuk & Lupart, 1993).
Karakteristik individu yang digolongkan gifted secara akademis adalah :
1. Kemampuan untuk belajar tinggi
2. Kekuatan dan kepekaan pikiran
3. Keingin tahuan dorongan
Karakteristik dari retardasi mental berdasarkan range umur. 21
- Sangat berat <20-25 1–2% Fungsi sangat terganggu Masih mungkin dalam berbicara&perkembangan motorik Penyendiri/tersembunyi
- Berat 20– 25 sampai 35–40 3–4% sedikit atau tidak dapat berbicara komunikatif Dapat mempelajari untuk berbicara, kemampuan perawatan diri dasar Dapat mengerjakan tugas sederhana sendiri/tersembunyi
- Sedang 35– 40 sampai 50–55 (dapat dilatih) 10% Dapat berkomunikasi atau berbicara Dapat belajar sampai dengankemampuan kelas dua, dapat berjalan-jalan mandiri di tempay yang dikenali, dapat memberikan hasil positif jika dilatih Dapat mengerkan tugas umum dibawah pengawasan
- Ringan 50–55 sampai 70 (dapat dididik) 85% Sering tidak dapat dibedakan dari normal, penurunan fungsi motorik minimal Akhir masa remja dapat mencapai kelas enam Dapat hidup di komunitas dengan support
- Borderline 68-83kekurangan individu pada golongan ini pada umumnya tampak pada proses belajar lisan dan tidak pada performansi moorik.

B. Perbedaan gaya belajar
Cara belajar yang berbeda-beda itu disebut gaya belajar. Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut (http://www.ut.ac.id, 6 Mei 2009). Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.
Dalam Rose, C. dan Nicholl, M.J. (2002: 130) disebutkan bahwa sebuah penelitian ekstensif, khususnya di Amerika Serikat, yang dilakukan oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari Universitas St. John di Jamaica, New York dan para pakar Pemrograman Neuro-Linguistik telah mengidentifikasi tiga gaya belajar dan komunikasi yang berbeda, yaitu :
1) Visual. Belajar melalui melihat sesuatu.
2) Auditori. Belajar melalui mendengar sesuatu.
3) Kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
• Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
• Penampilan rapi
• Mudah terganggu oleh keributan
• Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
• Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
• Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
• Biasanya ia pembicara yang fasih
• Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
• Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
• Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
• Berbicara dalam irama yang terpola
• Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
• Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
• Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
• Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
• Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
• Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.
• Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
• Berbicara perlahan
• Penampilan rapi
• Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
• Belajar melalui memanipulasi dan praktek
• Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
• Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
• Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
• Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
• Menyukai permainan yang menyibukkan
• Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
• Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
• Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
• Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
• Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
• Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
• Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
KUIS GAYA BELAJAR

• Untuk mengetahui gaya belejar seseorang (visual,auditori dan kinestetik) dapat menggunakan: Kuis gaya belajar

Tanggapi pernyataan dibawa ini dengan menjawab YA atau TIDAK. Lakukan dengan cepat tanpa menganalisa.
1. Saya lebih suka mendengarkan informasi di kaset daripada membaca buku
2. Jika mengerjakan sesuatu saya membaca instruksinya dulu
3. Saya lebih suka membaca daripada mendengarkan kuliah/penjelasan
4. Saat seorang diri saya biasanya memainkan music/lagu atau bernyanyi
5. Saya lebih suka berolah raga daripada membaca buku
6. Saya selalu dapat menunjukkan arah utara atau selatan dimanapun saya berada
7. Saya suka menulis surat, jurnal atau buku harian
8. Saat berbicara, saya suka mengatakan, “saya mendengar anda, itu terdengar bagus”
9. Ruangan, rumah, mobil, meja saya biasanya berantakan
10. Saya suka merancang, mengerjakan dan membuat sesuatu dengan tangan
saya.
11. Saya tahu hampir semua kata dari lagu yang saya dengar
12. Ketika mendengar orang lain berbicara biasanya saya membuat gambar dari apa yang mereka katakana dalam pikiran saya
13. Saya suka olah raga dan rasanya saya olahragawan yang baik
14. Mudah sekali bagi saya berbicara dalam waktu yang lama dengan kawan di
telepon
15. Tanpa music hidup terasa membosankan
16. Saya sangat senang berkumpul dengan teman dan biasanya saya dengan mudah
berbicara pada siapa saja
17. Melihat obyek dalam bentuk gambar saya dapat dengan mudah mengenali walaupun posisi obyek diputar/diubah
18. Saya biasa mengatakan, saya rasa, saya perlu menemukan pijakan atas hal itu, atau saya ingin menangani hal itu”.
19. Saya mengingat suatu pengalaman, saya sering kali melihat pengalaman itu dalam
bentuk gambar dalam pikiran saya
20. Saat mengingat suatu pengalaman saya seringkali mendengar suara dan berbicara
pada siri saya mengenai pengalaman itu.
21. Saat mengingat suatu pengalaman, saya seringkali ingat bagaimana perasaan saya
terhadap pengalaman itu.
22. Saya lebih suka musik daripada seni lukis.
23. Saya sering mencoret-coret kertas saat saya berbicara ditelepon atau saat
mendengar penjelasan guru
24. Saya lebih suka membuat contoh peragaan daripada membuat laporan tertulis atas
suatu kejadian
25. Saya lebih suka membacakan suatu cerita daripada mendengar
26. Saya biasa berbicara dengan perlahan
27. Saya lebih suka berbicara dari pada menulis
28. Tulisan tangan saya biasanya tidak rapi
29. Saya biasanya menggunakan jari saya untuk menunjuk kalimat yang saya
baca
30. Saya dapat dengan cepat melakukan penjumlahan dan perkalian dalam pikiran
saya
31. Saya suka mengeja dan saya pintar mengeja kata-kata
32. Saya akan merasa terganggu jika ada orang yang berbicara saat saya menonton
televise
33. Saya suka mencatat perintah atau instruksi yang diberikan pada saya.
34. Saya dapat mengingat dengan mudah apa yang orang katakana
35. Saya paling mudah belajar sambil mempraktekkan melakukan
36. Sangat sulit bagi saya untuk duduk diam dalam waktu yang lama.


Kesimpulan:
Anda adalah tipe Visual Jika yang dijawab ya adalah nomor:

2.3.6.7.12.17.19.23.25.30.31.33
Anda adalah tipe
Auditori Jika yang dijawab ya adalah nomor:
1.4.8.11.14.15.16.20.22.27.32.34.
Anda adalah tipe kenestatik Jika yang dijawab ya adalah nomor:
5.9.10.13.18.21.24.26.28.29.35.36
C. Perbedaan gaya berpikir
Gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuannya. Tak satupun dari kita yang hanya punya satu gaya belajar dan berpikir; kita punya banyak gaya. Individu itu sangat bervariasi sehingga ada ratusan gaya belajar dan berpikir yang dikemukakan oleh para pendidik dan psikolog.
Ada dua dikotomi gaya yang paling banyak didiskusikan dalam wacana tentang pembelajaran, diantaranya yaitu gaya impulsif/reflektif dan mendalam/dangkal.
Gaya Impulsif/Reflektif.
Gaya Impulsif/Reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni murid cenderung bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu untuk merespon dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965). Riset terhadap impulsifitas/refleksi telah mempengaruhi pendidikan (Jonassssen & Grabowski, 1993). Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif lebih mungkin melakukan tugas dibawah ini:
- Mengingat informasi yang terstruktur.
- Membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks.
- Memecahkan problem dan membuat keputusan Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif juga lebih mungkin untuk menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang relevan.
Murid reflektif biasanya standar kinerjanya tinggi. Dalam mengkaji gaya impulsif dan reflektif, perlu diingat bahwa walaupun kebanyakan murid belajar dengan lebih baik saat mereka menggunakan gaya reflektif, ada beberapa anak yang memang bisa cepat belajar secara tepat dan bisa membuat keputusan sendiri. Bereaksi cepat adalah strategi buruk hanya jika seseorang berhadapan dengan jawaban yang salah. Juga, beberapa anak relektif mungkin terlalu sibuk berkutat dengan satu problem dan kesulitan untuk memecahkannya. Guru bisa mendorong murid ini untuk mempertahankan gaya reflektifnya tapi tetap bisa mencapai solusi.

Gaya Mendalam/Dangkal
Maksudnya adalah sejauh mana murid mempelajarimateri belajar dengan satu cara yang membantu mereka untuk memahami makan materi tersebut (gaya mendalam) atau sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal) (Marton, Hounsell, & Entwistle, 1984). Murid yang belajar dengan menggunakan daya dangkal tidak bisa mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka cenderung belajar secara pasif, seringkalai hanya mengingat informasi. Pelajar Mendalam(deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu untuk diingat. Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan konstruktivis dalam aktivitas belajarnya. Selain itu, pelajar mendalam lebih mungkin memotivasi diri sendiri untuk belajar, sedangkan pelajar dangkal |(surface learner) lebih mungkin akan termotivasi belajar jika ada penghargaan dari luar, seperti pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, & Jackson, 1996).

D. Berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.






BAB V
PENDEKATAN BELAJAR

A. Hakikat belajar dan pembelajaran
Tiga konsep utama yang paling mendasar adalah
1. Belajar adalah proses menciptakan hubungan sesuatu yang sudah ada dengan sesuatu yang baru.
2. Mengajar adalah usaha yang dilakukan untuk membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, sikap, keterampilan, kebiasaan yang baru dan ketulusan untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi diri dan lingungkungan
3. Pembelajaran adalah usaha guru untuk membelajarkan siswa mencapai tujuan.
B. Pendekatan Belajar
1. Pendekatan Behavior, adalah menekankan hasil belajar pada perilaku yang dapat diobservasi dan diukur.
menurut Thorndike, disimpulkan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respond an penyelesaian masalah yang dapat dilakukan denngan cara triaow and error. Factor penting yang mempengaruhi belajar adalah reword atau pernyataan kepuasan dari suatu kejadian. Beberapa hokum belajar yang dikemukakan thorndike yaitu;
1. Low of readiness, yaitu hokum kesiapan
2. Low of Exercises
3. Low of effect
Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
C. Pendekatan kognitif
Pengertian kognitif menurut Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000)
Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa ” kognisi adalah istilah umumyang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain, dan penalaran”.
Pengertian kognitif menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975)
Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa ” kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”. Pieget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.
D. Teori tentang otak dalam belajar
Perkembangan otak dimulai sangat pesat sejak anak dalam kandungan ibunya. Anak yang baru lahir telah mempunyai miliaran jumlah sel saraf otak yang dikenal dengan sel neuron. Kemudian setelah lahir sampai usia 3 tahun, perkembangan otak berlangsung mengagumkan, sehingga dikenal dengan periode emas perkembangan otak.
Otak bagaikan sebuah papan panel tempat masukan (input) yang berupa informasi diolah sedemikian rupa, dipahami kemudian dikembalikan lagi berupa output yang cerdas. Semua proses itu dinisbahkan pada komponen terkecil otak yang disebut sel-sel saraf (sel neuron) yang bersama sel penunjang dan sel glia (pemberi makan) menyokong fungsi dan kerja otak manusia. Sel Neuron terdiri dari akson dan dendrit. Hubungan antar sel dihubungkan oleh suatu gap kecil yang disebut sinaps.
Jumlah dan ukuran sel saraf otak terus berkembang hingga masuk usia dewasa. Ukuran otak ini juga membesar karena adanya proses myelinasi, yaitu proses pembungkusan sel-sel otak oleh lapisan myelin. Proses ini bisa meningkatkan kecepatan informasi yang melewati sistem saraf. Perkembangan lain adalah dalam level sel, yaitu perkembangan yang dramatis dalam koneksi/sambungan antar neuron melalui sinaps. Anak balita mempunyai koneksi antar neuron yang lebih banyak. Koneksi antar neuron yang sering digunakan (karena pengalaman indra) akan bertahan dan menjadi koneksi yang kuat. Sedangkan koneksi yang tidak digunakan akan terpangkas dengan sendirinya.

Otak adalah bagian dari susunan saraf pusat (SSP) yang tersimpan dalam rangka tengkorak. Hubungan otak dengan bagian-bagian saraf lain di tubuh membentuk jalinan saraf yang mengatur seluruh kegiatan organ-organ tubuh. Otak sebagai saraf pusat terdiri dari otak depan (proenchepalon), otak tengah (mesencephalon) dan otak belakang (rhombencephalon).
Otak depan (proenchepalon) terdiri dari otak besar (cerebrum), talamus dan hipotalamus. Bagian cerebrum atau otak besar, jika terlihat dari atas terbelah menjadi dua. Alur yang membaginya dikenal sebagai fissura longitudinal. Belahannya disebut hemisfer. Jadi terdapat hemisfer kanan dan hemisfer kiri, atau dikenal dengan otak kanan dan otak kiri. Koordinasi dan kontrol bagian tubuh terjadi bersilangan. Tangan kanan dan kaki kanan diurus oleh otak kanan, sebaliknya tangan kiri dan kaki kiri diurus otak kanan. Pembagian otak kanan dan kiri ini juga membentuk dua cara berpikir. Menurut Roger Sperry seperti yang dikutip oleh Pasiak, otak kiri mengatur hal-hal yang bersifat rasional terutama bahasa dan matematika. Dan otak kanan mengatur hal-hal yang bersifat intuitif dan berhubungan dengan seni.
Cerebrum terdiri dari bongkahan-bongkahan yang disebus lobus otak. Cerebrum luar yang dikenal dengan kulit otak (korteks serebri) melipat-lipat sedemikian rupa (konvolusi) membungkus bongkahan otak. Variasi lipatan itu menandai masing-masing lobus. Lobus otak ini terdiri dari lobus frontal di dahi, lobus occipital di belakang kepala, lobus temporal di seputaran telinga dan lobus parietal di puncak kepala.


Lobus frontal bertanggung jawab untuk kegiatan berpikir, perencanaan dan penyusunan konsep, yaitu proses berpikir tingkat tinggi/kompleks. Lobus temporal yang terdapat di kiri dan kanan bertanggung jawab terhadap persepsi suara dan bunyi. Lobus parietal bertanggung jawab untuk kegiatan berpikir terutama pengaturan memori.
Lobus otak menyokong kulit otak yang mengemban fungsi berpikir rasional dan daya ingat. Kulit otak (korteks serebri) tampak seperti lipatan-lipatan tak beraturan yang disebut konvolusi. Lipatan ini memperluas kulit otak, evolusi manusia dengan kecerdasan yang menonjol ditampakkan oleh luasnya dan berlipat-lipatnya kulit otak itu. Kulit otak memungkinkan manusia berpikir rasional karena di tempat itulah terjadi pengolahan informasi, persepsi/tanggapan termasuk bermukimnya memori .
Perbedaan teori fungsi otak kanan dan otak kiri telah populer sejak tahun 1960. Seorang peneliti bernama Roger Sperry menemukan bahwa otak manusia terdiri dari 2 hemisfer (bagian), yaitu otak kanan dan otak kiri yang mempunyai fungsi yang berbeda. Atas jasanya ini beliau mendapat hadiah Nobel pada tahun 1981. Selain itu dia juga menemukan bahwa pada saat otak kanan sedang bekerja maka otak kiri cenderung lebih tenang, demikian pula sebaliknya.
Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi kerusakan otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi misalnya.
Otak kiri berfungsi dalam hal perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.
Walaupun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mengunakan salah satu belahan yang dominan dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan. Setiap belahan otak saling mendominasi dalam aktivitas namun keduanya terlibat dalam hampir semua proses pemikiran.
E. Teknologi belajar
Teknologi belajar merupakan cara yang dapat ditempuh untuk belajar efektif. Beberapa bentuk teknologi belajar yang diterapkan adalah:
a. Sikap mental
b. Rencana belajar
c. Berkosentrasi
d. Senam otak
e. Relaksasi
f. Mengikuti pelajaran
g. Tujuan belajar
h. Teknik mengingat
i. Kemampuan mencatat
j. Teknik membaca
k. Teknik mengikuti ujian
l. Teknik memecahkan masalah
m. Implementasi pendekatan kognitif dalam pembelajaran menghasilkan beberapa model pembelajaran kognitif:
1. Discovery learning
2. Ekspository teaching
F. Pendekatan humanistic
Aliran humanistik memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa. Guru, oleh karenanya, disarankan untuk menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran.
Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa (1) tingkah laku individu pada mulanya ditentukan oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dalam dunia sekitarnya, dan (2) individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk aktualisasi diri atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.
Dari perspektif humanistik, pendidik seharusnya memerhatikan pendidikan lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang (affective) siswa. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berhubungan dengan emosi, perasaan, nilai, sikap, predisposisi, dan moral. Kebutuhan-kebutuhan ini diuraikan oleh Combssebagai tujuan pendidikan humanistik, yaitu:
1. Menerima kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa serta menciptakan pengalaman dan program untuk perkembangan potensi siswa.
2. Memudahkan aktualisasi diri siswa dan perasaan diri mampu
3. Memperkuat perolehan keterampilan dasar (akademik, pribadi, antarpribadi, komunikasi, dan ekonomi)
4. Memutuskan pendidikan secara pribadi dan penerapannya
5. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai dan persepsi dalam proses pendidikan
6. Mengembangkan suasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti, mendukung, menyenangkan, serta bebas dari ancaman
7. Mengambangkan siswa masalah ketulusan, respek dan menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik. (Djiwandono, 2002: 181-182)
Perpektif humanistik terutama tertarik untuk melihat bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh tujuan-tujuan subyektif mereka sendiri, serta bagaimana mereka menginterpretasikan pengalaman-pengalaman pribadi mereka. (Nursalim, 2007: 83)

Perspektif humanistik berbeda dari perspektif behavioristik dengan cara yang bertolak belakang, yaitu bagaimana keduanya memandang keberadaan individu dalam membuat pilihan-pilihan dalam hidupnya. Behavioristik memandang manusia sebagai makhluk reaktif yang semata-mata memberi respon terhadap lingkungan. Perilakunya dapat diprediksi dan dikontrol, dengan menerapkan hukum umum perilaku yang diperoleh melalui eksperimen dengan mengamati perilaku hewan. Sedangkan pandangan humanistik berpandangan sebaliknya. Bahwa manusia pada dasarnya memiliki kekuatan untuk membuat pilihan-pilihan mereka sendiri. Manusia dipandang unik, bahwa setiap pengalaman atau fenomena memiliki makna yang berbeda-beda bagi tiap individu bergantung pada bagaimana mereka memberi makna pada peristiwa tersebut. (Nursalim, 2007: 83-84)
G. Pendekatan kontrutivisme
Teori konstruktivis dikandaskan dalam filosofi pendidikan John Dewey dan penelitian Piaget, Vygotsky, psikilog Gestalt Bartlett dan Brunner, dengan sebutan tepat beberapa pelopor intelektual. Tidak ada satu teori belajar konstruktivis, tetapi ada pendekatan konstruktivis dalam pendidikan sains dan matematika, dalam psikologi pendidikan dan antropologi, dan dalam pendidikan berbasis-komputer. Beberapa telaah konstruktivis menekankan berbagi (shared) dan konstruksi sosial pengetahuan, lihat kekuatan sosial lain sepertinya kurang penting (Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1991; Driscoll, 1999; Perkins, 1991; Wittrock, 1992).













Daftar pustaka
Abu Ahmadi.2002.Psikologi Social.Jakarta.Pt Rineka Cipta
Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono.2004.Psikologi Belajar.Jakarta.Pt Rineka Cipta
Darmayanti Nefi M.Si.2009.Psikologi Belajar.Bandung.Cita Pustaka Media Perintis
Tim Dosen.2011.Psikologi Pendidikan.Medan:Unimed
http://mbokcupret.wordpress.com/2010/12/26/teori-belajar-humanistik/
http://srihendrawati.blogspot.com/2010/05/teori-belajar.html
http://map-info.net/dasyatnya-otak-manusia

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More